Viral Bahasa Gen Alpha, Pakar Unair: Penggunaan Sah Saja tapi Harus Tahu Konteks
Detikers pernah mendengar istilah skibidi, sigma, rizz atau mewing? Kata-kata tersebut merupakan kosakata yang kerap digunakan Generasi Alpha atau Gen Z dalam bercakap.
Istilah-istilah tersebut pun kemudian menjadi alat komunikasi mereka. Bagaimana istilah tersebut bisa muncul? Pakar Bahasa dari Universitas Airlangga (Unair) Prof Dr Dra Ni Wayan Sartini MHum membeberkan asal usulnya.
Baca juga: Para Gen Z Penembus Batas dari Beasiswa TeladanBaca juga: Selamat Datang Generasi Beta Kelahiran 2025-2039, Bagaimana Karakter Mereka?Pengaruh Media SosialDijelaskan oleh Prof Wayan, bahasa gaul Gen Alpha ini tak bisa lepas dari pengaruh media sosial. Sejak lahir, generasi Alpha sudah dekat dan terbiasa dengan teknologi digital.
"Di era digital ini, banyak model bahasa baru bermunculan. Salah satunya bahasa Gen Alpha. Sebenarnya, cikal bakal tersebut adalah dari bahasa gaul kemudian berkembang sampai kepada Gen-Z dan Gen Alpha," ujarnya, dikutip dari laman Unair, Jumat (6/12/2024).
Perkembangan Masyarakat yang Semakin KompleksProf Wayan menyebut bahwa fenomena munculnya banyak kosakata gaul Gen Alpha adalah hal yang wajar. Pasalnya, mereka lebih banyak berkomunikasi lewat online sehingga membutuhkan kata yang khas dan lebih akrab.
"Gen Alpha cenderung terhubung satu sama lain karena pengaruh interaksi dalam berbagai platform. Mereka yang sedang mencari jati diri, punya cara berkomunikasi khas lewat kata-kata baru, emoji, emoticon, sebagai kemudahan-kemudahan pengucapan dari bahasa aslinya sehingga itu mempercepat komunikasi," tambahnya.
Contoh kata mewing yang diujarkan Gen Alpha merujuk pada teknik memperbaiki bentuk wajah. Kemudian ada juga rizz yang berarti kependekan dari karisma.
Menurut Prof Wayan, hal ini menunjukkan bahwa mereka mempunyai kreativitas sendiri. Sehingga fenomena bahasa gaul Gen Alpha bisa disebut sebagai inovasi bahasa yang dibuat sebuah komunitas.
Sifatnya Hanya SementaraSeperti pada contoh fenomena bahasa gaul lainnya, bahasa Gen Alpha ini menurut Prof Wayan bersifat sementara. Bahasa tersebut bisa menghilang seiring dengan perkembangan zaman.
Prof Wayan juga menyebut bahwa bahasa Gen Alpha hanya bersifat temporer. "Sah-sah saja ketika Gen Alpha menggunakan bahasa itu dalam komunikasi mereka sesuai dengan usianya. Namun, seperti bahasa gaul sebelumnya, bahasa Gen Alpha kemungkinan akan hilang seiring mereka beranjak dewasa kemudian menghadapi konteks kehidupan berbeda ataupun semakin sedikit penuturnya," ungkapnya.
Selain ciri dari generasi, bahasa gaul juga bisa menjadi identitas sosial Gen Alpha di masyarakat. Menurut Prof Wayan, fenomena ini tak akan memberikan dampak negatif selagi tak mempengaruhi budaya.
Bahasa Gen Alpha adalah identitas sosial mereka. Tidak ada pengaruh negatif terhadap budaya, selama penggunaan bahasa ini masih dalam ranah informal," ujarnya.
Namun demikian, Prof Wayan tetap ingatkan para Gen Alpha untuk tetap bijak dalam berbahasa. Mereka harus tetap tahu perbedaan bahasa formal maupun nonformal.
"Tidak akan merusak bahasa Indonesia selagi penggunaan itu hanya dalam konteks komunikasi mereka. Tapi jangan sampai merembes ke dalam ranah formal. Maka perlu penyesuaian kepada siapa dan kapan kita berbicara," pungkasnya.
Video: Remaja di Italia Setuju soal Larangan Media Sosial di Bawah Umur