PMI Manufaktur Kontraksi 4 Bulan Berturut-turut, Airlangga Akui Daya Beli Lemah

Diperbarui:2024-11-08 05:28    Jumlah Klik:110
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menerima perwakilan APINDO di Jakarta. Pertemuan itu salah satunya membahas nasib Sritex.Foto: Grandyos ZafnaJakarta -

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto angkat bicara terkait Purchasing Manager's Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang kontraksi empat bulan berturut-turut. Laporan S&P Global mencatat PMI Manufaktur Indonesia berada di level 49,2 pada Oktober 2024 atau sama dengan bulan sebelumnya.

Menanggapi itu, Airlangga mengatakan berbagai negara memang mengalami kondisi kontraksi di sektor manufaktur. Di negara ASEAN, hanya Vietnam yang kondisinya disebut masih baik.

"Berbagai negara masih kontraksi di sektor manufaktur termasuk di ASEAN. Hanya mungkin yang masih baik itu adalah Vietnam," kata Airlangga kepada wartawan di kantornya, Jakarta Pusat, Jumat (1/11/2024).

Di Indonesia sendiri, kata Airlangga, kontraksi 4 bulan berturut-turut di sektor manufaktur karena adanya pelemahan daya beli masyarakat. Kondisi ini diharapkan bisa segera pulih.

"Tentu kita akan melihat. Kalau bagi kita di Indonesia, kita melihat juga dari segi domestik itu terjadi pelemahan konsumen juga. Nah tentu kita berharap ini bisa recover," ucapnya.

Baca juga: RI Deflasi 5 Bulan Beruntun, Mendagri Bantah Daya Beli Turun

Dalam laporan S&P Global, penurunan permintaan pasar menjadi salah satu penyebab kontraksi manufaktur. Hal ini biasa terjadi di pasar domestik maupun internasional, dengan ketidakpastian geopolitik yang menyebabkan penurunan permintaan ekspor selama delapan bulan berturut-turut.

"Perekonomian manufaktur Indonesia terus menurun pada bulan Oktober, dengan produksi, permintaan baru dan ketenagakerjaan turun marginal sejak bulan September. Panelis sering mencatat bahwa aktivitas pasar kurang bergairah, yang dalam beberapa kasus berkaitan dengan ketidakpastian geopolitik yang menyebabkan klien waspada dan tidak bergerak," kata Paul Smith, Economics Director S&P Global Market Intelligence.

Kondisi bisnis yang lesu mendorong perusahaan mengurangi jajaran stafnya di pabrik rata-rata selama tiga kali dalam empat bulan terakhir. Lalu penumpukan pekerjaan turun selama lima bulan berturut-turut, dengan penurunan tercepat sejak Januari 2021.

(aid/eds)


Powered by BO55: Situs Judi Slot Online Terpercaya Dan Situs Slot Gacor Gampang Menang @2013-2022 Peta RSS Peta HTML

Copyright Powered by站群系统 © 2013-2024